Berita

Ritual/ Tradisi Nyadran, Sejarah Makna Dan Prosesi Kegiatannya

  • 26-02-2024
  • desaperon
  • 966

Peron - Nyadran adalah tradisi masyarakat yang masih mengakar kuat dalam kebudayaan Jawa. Tradisi ini biasa dilakukan untuk menyambut kedatangan bulan suci ramadhan.


Nyadran merupakan tradisi yang tercipta dari proses akulturasi antara budaya Jawa dengan budaya Islam. Selain untuk menghormati leluhur, Nyadran selalu dilaksanakan setiap tahun untuk melestarikan tradisi tersebut secara turun-temurun.

Nyadran memiliki prosesi dan waktu pelaksanaan yang berbeda-beda di setiap wilayah. 

 


Apa itu Nyadran?
Nyadran adalah suatu tradisi mendoakan leluhur yang sudah meninggal. Nyadran atau Sadranan adalah tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan di bulan Sya'ban atau Ruwah untuk mengucapkan rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur yang ada di suatu kelurahan atau desa.



Pelaksanaan tradisi Nyadran ditujukan untuk mendoakan leluhur yang sudah meninggalkan dunia dan untuk mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian. Nyadran juga dijadikan sebagai sarana guna melestarikan budaya gotong royong sekaligus upaya untuk menjaga keharmonisan masyarakat melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama).


Sejarah Nyadran
Tradisi Nyadran telah dilakukan sejak zaman Hindu-Budha sebelum Islam masuk dan berkembang di Indonesia. Pada tahun 1284, terdapat tradisi yang serupa dengan Nyadran yang disebut dengan Sradha. Meskipun sama-sama memberikan sesaji dan penghormatan kepada arwah orang yang telah meninggal, Sradha hanya dilakukan untuk memperingati kepergian Raja.

Seiring perkembangan zaman, tradisi Sradha kemudian diterapkan oleh seluruh kalangan dan mendapat banyak pengaruh dari ajaran Islam. Pujian-pujian yang biasa dilantunkan dalam Sradha pun diganti dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an, zikir, tahlil, dan doa.

Baca juga:

http://peron-limbangan.desa.id/kabardetail/dzg2WlJLUmZUZUdlTmpDRHpwazZ0dz09/dispendukcapil-kendal-kolaborasi-dengan-pemdes-peron--smks-miftahul-huda-jemput-bola-layanan-adminduk-online.html


Nyadran biasanya dilaksanakan pada setiap hari ke-10 di bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya'ban. Meski dilaksanakan pada waktu yang berbeda-beda di setiap wilayah, Nyadran pada umumnya dilaksanakan pada bulan Ruwah untuk menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan.



Prosesi Nyadran
Tradisi Nyadran terdiri dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan tergantung wilayah dan adat masyarakat setempat. Namun pada umumnya prosesi Nyadran terdiri dari:



1. Bersik atau membersihkan makam leluhur secara gotong royong dari kotoran dan rerumputan.
2. Kirab atau arak-arakan peserta Nyadran menuju ke tempat upacara adat dilaksanakan.
3. Ikrar atau menyampaikan maksud dari serangkaian upacara adat Nyadran oleh Pemangku Adat.
4. Doa atau kegiatan doa bersama yang dipimpin oleh Pemangku Adat.
5. Tasyakuran atau prosesi makan bersama seluruh lapisan masyarakat yang hadir makan bersama dengan saling bersenda gurau untuk mengakrabkan diri.

Nyadran menjadi ekspresi rasa gembira, bungah, dan syukur atas kehadiran Ramadhan. Oleh karena itu, Nyadran harus dilestarikan sebagai salah satu kearifan lokal.

Demikian pengertian tradisi Nyadran dan waktu pelaksanaannya yang biasa dilakukan di bulan Ruwah oleh masyarakat Jawa.

Peron Santun...

 

Share :